Prestasi Anak Anjlok, Bermula dari Masalah Tidur

07/07/2009 13:13

 

 
Ilustrasi anak tidur.
 
 

SEORANG anak yang mengalami penurunan prestasi, perubahan temperamen, dan mulai suka mencari hal-hal di luar dirinya untuk disalahkan sebagai pelampiasan ketidakpuasan atas sebuah keadaan, bermula dari permasalahan tidur.

Benar! anak tersebut mengalami pemutusan emosi dari orangtuanya karena ia selalu tidur bertemankan dengan sang bunda. Bisa dibayangkan betapa beratnya melalui masa tidur yang sangat berbeda dengan kebiasaannya selama ini ia jalani.

Penurunan prestasi, perubahan temperamen, hanyalah sebuah proyeksi dari kegelisahan dan kecemasan yang dialaminya selama masa tidurnya. Bagaimana tidak jika setiap malam ia mengalami tidur yang selalu tidak nyenyak, tiba-tiba terbangun dan tidak bisa tidur lagi, ada ketakutan yang tiba-tiba muncul setiap kali ia merasa sendiri, meski ia sekamar dengan 3 orang rekannya. Kualitas tidur yang buruk membuat si gadis menjalani hidupnya dengan energi yang makin berkurang.

Ketergantungan yang tinggi terhadap sang bunda yang selama ini memberinya rasa aman ketika tidur membuatnya tidak berdaya menghadapi perubahan. Rasa sendirian membuatnya merasa tidak aman dan tidak nyaman, meski sesungguhnya ia masih memiliki teman selama tidurnya, namun, itu tidaklah mampu membuatnya merasa tenang. Perasaan tidak aman dan tidak nyaman menumbuhkan rasa takut, gelisah, cemas, dan berbagai perasaan buruk ketika tidur. Inilah yang membuat kualitas tidurnya menjadi buruk.

Kualitas tidur yang memburuk membuat energi semakin melemah, berpengaruh terhadap daya tangkap dan konsentrasinya dalam belajar. Akhirnya, prestasi menurun. Penurunan prestasi ini disikapi sebagai hal yang menegaskan bahwa dirinya tidaklah semampu ketika berada dekat dengan orangtuanya. Akibatnya, ia menilai bahwa dirinya tidak berdaya jika harus sendiri. Inilah yang kemudian menggerogoti rasa percaya dirinya.

 

Sumber : B-Post